Powered by Blogger.

Tarhib Ramadhan 1435H dan Sebar Jadwal Imsakiyah

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Tuesday, June 24, 2014 | 14:37

Cianjur - Hari Ahad bertepatan dengan tanggal 22 Juni 2014, Yayasan Peduli Remaja (YPR) Mentari Cianjur mengadakan acara rutinnya yaitu Islamic Sunday. Tapi ada yang spesial untuk kegiatan kali ini, karena bertepatan dengan Penyambutan Bulan Suci Ramadhan 1435H.

Oleh karena itu, momen menjelang 1 Pekan sebelum Shaum itu kami gunakan sebaik-baiknya. Ada lomba, taklim dengan tema : "30 Hari Menjemput Kemenangan" dan Sebar Jadwal Imsakiyah di Sekitar Mesjid Baiturahman Istana Cipanas dan juga Pasar Cipanas.

Berikut Aksi Kami Ketika akan menyebar Jadwal Imsakiyah :








14:37 | 0 comments | Read More

Hari Ini! Rokok Lokal Wajib Pasang Gambar Seram

Kewajiban untuk mencantumkan peringatan bergambar di bungkus rokok mulai berlaku hari ini, Selasa (24/6/2014). Rokok-rokok lokal dengan kemasan bergambar seram mulai bisa ditemukan di beberapa minimarket.

Pantauan detikHealth di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, rokok dengan gambar seram atau Pictorial Health Warning (PHW) sudah terpajang di Indomaret, Seven Eleven dan Circle K. Sementara itu, petugas di Alfamart mengaku belum mendapat kiriman stok baru.

"Memang stok baru ini, baru diantar salesnya tadi sore," kata Ryan, seorang petugas di Indomaret Stasiun Pasar Senen.

Bukan hanya merek import seperti Camel dan Mevius yang sudah lebih dulu memasang PHW, tampak sejumlah merek lokal juga sudah menerapkan peringatan serupa. Di antaranya Sampoerna A Mild Menthol, U Mild Cool, dan Dji Sam Soe. Juga rokok Marlboro Menthol Lights.

Kecuali Dji Sam Soe, hampir semua rokok bergambar seram yang ditemukan merupakan varian menthol atau light. Begitupun 2 merek impor yang lebih dulu memasang, baru varian Camel White dan Mevius Light yang sudah memasang PHW.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) 109/2012 tentang Pengendalian Tembakau, penggunaan istilah menyesatkan seperti Light, Mild, Flavoured, dan sejenisnya sebenarnya sudah tidak diperbolehkan. Istilah tersebut mengesankan bahwa kandungan racunnya lebih tidak berbahaya, sehingga cenderung mendorong perokok untuk mengonsumsinya lebih banyak.

Sumber : AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
14:18 | 0 comments | Read More

Presiden SBY Tawarkan Beasiswa S2 Ke Inggris Untuk Raeni, Peraih IPK 3,96 Anak Tukang Becak

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Friday, June 13, 2014 | 20:27

Raeni, wisudawan terbaik Universitas Negeri Semarang (Unnes), mendapatkan tawaran langsung dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk memperoleh beasiswa studi lanjut ke luar negeri.

Tawaran tersebut disampaikan langsung saat lulusan Pendidikan Akuntansi FE Unnes yang diantar bapaknya dengan becak saat wisuda itu saat diajak Mendikbud M Nuh bertemu dengan Presiden di Bandara Halim Perdanakusumah, Jumat (13/) pagi.

“Pak Presiden bahkan menyatakan akan mengursuskan saya agar bahasa Inggris saya lebih baik lagi,” kata Raeni ketika dihubungi unnes.ac.id.

Dalam akun twiternya, SBY menulis, “Raeni, saya ucapkan selamat atas prestasi yang sangat membanggakan kita semua. Keterbatasan ekonomi tidak halangi untuk berprestasi.”

Pada twit lain, SBY juga menulis, “Memenuhi rencana Raeni, pemerintah akan berikan kesempatan pendidikan S2 di luar nbegeri melalui Program Beasiswa Presiden.”

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Raeni menuntaskan studinya dengan beasiswa full study. Dengan beasiswa yang membuatnya tidak perlu membayar serupiah pun selama kuliah, bahkan setiap bulan memperoleh bantuan biaya hidup Rp600.000 per bulan itu, 10 Juni lalu ia diwisuda dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,96. Nyaris sempurna!
20:27 | 0 comments | Read More

Wisudawan Ber-IPK 3,96 Itu Diantar Ayahnya dengan Becak

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Wednesday, June 11, 2014 | 12:33

Perhatian para keluarga wisudawan dan puluhan wartawan langsung tersita pada Raeni, Selasa (10/6). Pasalnya, wisudawan dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unnes ini berangkat ke lokasi wisuda dengan kendaraan yang tidak biasa. Penerima beasiswa Bidikmisi ini diantar oleh ayahnya, Mugiyono, menggunakan becak.

Mengapa becak? Ayahanda Raeni memang bekerja sebagai tukang becak yang saban hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal. Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis.  Sebagai tukang becak, diakuinya, penghasilannya tak menentu. Sekira Rp10 ribu – Rp 50 ribu. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp450 ribu per bulan.

Meski dari keluarga kurang mampu, Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Penerima beasiswa Bidikmisi ini beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Sempurna. Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawan terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,96. Dia juga menunjukkan tekad baja agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya.

“Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Penginnya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi,” kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut.
Tentu saja cita-cita itu didukung ayahandanya. Ia mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah agar bisa menjadi guru sesuai dengan cita-citanya.

“Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon,” kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.

Rektor Prof Dr Fathur Rokhman MHum mengatakan,apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.

“Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Sampai saat ini Unnes menyediakan 26 persen dari jumlah kursi yang dimilikinya untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni,” katanya.

Ia bahkan yakin, dalam waktu tak lama lagi akan terjadi kebangkitan kaum dhuafa. “Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum terpelajar baru. Mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin republik ini,” katanya.

Harapan itu terasa realistis karena jumlah penerima Bidikmisi lebih dari 50.000 per tahun. Unnes sendiri menyalurkan setidaknya 1.850 Bidikmisi setiap tahun.

Sumber : unnes.ac.id
12:33 | 0 comments | Read More