Powered by Blogger.

Islamic Sunday : 10 Bersaudara Bintang AlQur'an, 27 Oktober 2013 di Mesjid Istana Cipanas

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Friday, October 25, 2013 | 09:12

Assalamu'alaikum Warahamatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah Islamic Sunday Mentari kembali hadir di tengah kita semua, untuk Pelajar di Cianjur. Kali ini tema yang akan dibahas adalah : "10 Bersaudara Bintang AlQur'an", mereka tembus Teknik Perminyakan ITB, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Al Azhar Kairo Mesir & Pelajar Terbaik melalui Hafalan Quran.


Yang Insya Allah akan dilaksanakan pada :
Hari : Ahad
Tanggal : 27 Oktober 2013
Jam : 08.00 WIB - Selesai
Tempat : Mesjid Istana Kepresidenan Cipanas, Cianjur
Pembicara : Kokom Komalasari (Direktur Rumah Quran Cipanas)

Acara ini terbuka untuk semua Pelajar di Cianjur dan gratis, ajak sahabat untuk hadir dalam acara ini.

Mentari : Menginspirasi dan Memotivasi
09:12 | 0 comments | Read More

Mengapa Anak-anak Lebih Mudah Menghafal dari Kita?

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Tuesday, October 8, 2013 | 18:57

“Itu karena anak-anak tidak memiliki tendensi apa-apa selain hanya ingin menghafal. Berbeda dengan kita yang masih tercampuri dengan harapan-harapan fatamorgana yang melenakan sekalipun niat kita menginginkan pahala.”

Kata-kata itu laksana beker yang otomatis mengingatkan saya ketika mengejar target-target hafalan. Seorang ustadzah di tempat saya mengajar yang anaknya ketika itu beliau titipkan di salah satu pondok tahfidz di Jawa Timur memutarkan video berkunjungnya di pondok tempat anaknya menuntut ilmu. Rasa haru langsung menyeruak ketika kami melihat betapa si anak yang dulu adalah anak yang paling pemalu dan rewel, kini sudah menghafal surat Al Fath, tiga pekan setelah ia khatam tilawah Al Qur’an.

Sang ibu sengaja membawanya ke tempat itu untuk memupuk kecintaan anaknya pada Al Qur’an selepas dari Taman Kanak-kanak, tidak langsung ke Sekolah Dasar seperti pada umumnya. Sang ibu yakin dengan ketercintaan si anak pada Al Qur’an dan Islam sebagai dasar, otomatis akan memudahkan si anak untuk mendalami ilmu-ilmu yang lain.

“Mungkin kita ini banyak dosa ya ustadzah sehingga tidak bisa sepertinya….”, kata-kata itu mengingatkan kita pada kisah Imam Syafi'i yang mengadukan hafalannya pada gurunya, Syaikh Waqi.

"Aku mengadukan buruknya hafalanku pada Syaikh Waqi'" kata Imam Syafi'I, "maka beliau berpesan agar aku menjauhi kemaksiatan".

“Anak-anak itu masih bersih hatinya, Us" lanjut sang ustazah menasehati kami, "Mereka menghafal bukan untuk apa-apa, mereka hanya ingin menghafal itu saja. Sedangkan kita, banyak tendensi yang kita gantungkan ketika menghafal. Mulai dari harapan mendapat pujian sampai mengharap pahala. Untuk yang terakhir tidak salah memang jika menghafal karena ingin mengharap pahala, tetapi tetap saja ada hal yang membuat kita belum berada pada derajat keikhlasan tertinggi. Sedangkan anak-anak, mereka menghafal murni karena kecintaan mereka pada Al Qur’an.”

Menghujam dan membuat kami kala itu serasa tertampar. Memang benar dan sungguh benar hal itu. Semua kami lakukan karena tendensi bermacam-macam bukan murni karena kecintaan kami pada Al Qur’an atau Islam karena tilawah pun masih butuh memaksa diri untuk melampaui sehari sejuz apalagi dengan menghafal.  (bersamadakwah)

Asraghfirullah… 
18:57 | 0 comments | Read More

Wahai Shalihat ... Cantikmu Alihkan Dunia

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Sunday, October 6, 2013 | 18:46

Woohh… lebay banget judulnya. Yup, it’s real! Cantik itu nggak relatif. Tapi pasti. Makhluk-makhluk cantik kalo udah eksis di tempat umum, dijamin para pria bakal pada noleh semua dan teralih perhatiannya. Abang jualan bakso yang lagi dorong gerobak bakal kejeblos lobang di jalan gara-gara nggak nyadar lagi, cowok-cowok yang lagi jalan atau jogging pun bakal kebentur tiang listrik (hahaha…)

Salahkah perempuan menjadi cantik? Nggak dong. Kalo tampan ya jelas masalah. Hehehe.. Tapi beneran, kalo udah dari sononya punya wajah juga bodi yang proporsional, ‘enak’ diliat itu udah qadha Allah alias ketetapanNya. Jadi nggak ada dosa bagi pemilik wajah cantik ini! You not a sinner because you look pretty, Girls. Yang dosa, kalo kemudian menampilkan secara sengaja keindahan dan kemolekan kita (saya perempuan juga soalnya..) secara berlebihan (tabarruj) hingga menarik perhatian lawan jenis. Wajah dan tapak tangan memang bukan aurat tapi kalau dirias sedemikian rupa hingga menimbulkan syahwat bagi lawan jenis untuk memandang, wah.. be careful. Ditambah lagi pakaian yang menonjolkan bagian-bagian tubuh yang merupakan aurat perempuan (selain wajah dan tapak tangan) nah itu yang termasuk dilarang Allah SWT (coba deh kamu buka al-Quran surah an-Nuur ayat 31).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR Muslim no. 2128)

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, saya nemuin artikel di situs rumahcurhat.com dengan judul Standar Kecantikan, ini saya kutipkan satu paragrafnya: “Setiap tahun perusahaan kosmetik di seluruh dunia selalu ngeluarin produk kecantikan yang baru. Supaya produk mereka laku, mereka ngebentuk pola pikir masyarakat tentang standar kecantikan. Dan pastinya standar kecantikan yang dibentuk itu yang sesuai dengan produk mereka. Itu yang kita kenal sebagai tren kecantikan. Dengan sendirinya masyarakat, khususnya kaum hawa, berlomba-lomba ngikutin setiap tren yang disodorin perusahaan kosmetik. Nggak sedikit cewek-cewek menghabiskan uang, usaha dan waktu buat ngikutin tren kecantikan lho…”

Wah, gitu ternyata ya. Jadi kalo rame-rame iklan kosmetik atau jasa perawatan tubuh dan wajah nawarin mutihin kulit, bodi langsing, sulam bibir—alis—garis mata, mata belo warna-warni dengan lensa kontak .. that’s what they call ‘pretty’. Waduh! Mas Bruno Mars aja bilang “Cause you’re amazing, just the way u are” terus mbak-mbak Cherybelle juga bilang “You are beautiful, beautiful, beautiful. Kamu cantik cantik dari hatimu”. Tuuhh.. kenapa kita selalu merasa kurang?

Syukuri anugerah-Nya

Sobat gaulislam, dilahirkan sebagai perempuan, bersyukurlah. Dikasih kulit putih-bening, kuning langsat, imut alias item mutlak, bersyukurlah. Dikasih pipi chubby or sedang-sedang aja, ya santai aja. Dunia nggak bakal kiamat gara-gara pipi. Punya bodi semok, kurus, endut, ya alhamdulillah. Semuanya nih, yang penting harus diinget, dicatat, diresapi dan diamalkan nih. Apa tuh? Yup, jangan lupa untuk menjaga keimanan dan ketaatan kita kepada Allah Swt.

Oya, cara bersyukur yang benar gimana sih? Yup, cantik, langsing, putih memang nggak dosa. Nah, syukurilah dengan menutup aurat kita sesuai aturan Islam, yaitu berjilbab (semacam gamis) dan gunakan khimar (kerudung—penutup kepala). Selain itu, jaga deh kesehatan fisik kamu. Gimana coba kalo perempuan, apalagi muslimah yang jelas-jelas pasti ngeh kalo “kebersihan adalah bagian dari iman”, tapi sehari-hari bajunya kucel, aroma tubuhnya beraroma nggak sedap (dengan ngeles berhubung nggak boleh pake parfum), di wajahnya panuan, terus cepet letih, lemah dan lesu ..haduuh.. Piye to nduk.

So, mandi tetep dong, paling nggak 2 x sehari, jangan lupa sikat gigi, kalo keluar rumah usahakan pake pelindung matahari supaya wajah terhindar sunburnt, jilbab juga kalo aromanya udah nggak sedap ya digantilah, rambut dikeramas juga dikasih tonik dan vitamin supaya nggak rontok dan ketombean, terus jangan lupa jaga makanan dan minuman kita. Halal wa thayib wa barakah. Apa yang kita konsumsi wajib kita ketahui apa yang terkandung di dalamnya dan jelas kehalalannya. Olahraga? Yup, bersepeda, jalan kaki, nge-gym di tempat yang syar’i. Wuih, pokoknya ok banget semua itu. Catet dan ingat-ingat ya.

Bagaimana dengan menjaga keimanan? Nggak cukup cuma shalat dan zikir serta tilawah Qur’an. Tetapi kita kudu intensif mengkaji dan memperbanyak pengetahuan kita akan ilmu Islam. Ooww.. Ya iya, sebab al-Quran dan as-Sunnah adalah panduan hidup kita. So, Islam itu dipelajari untuk diamalkan dalam kehidupan. Selain itu, buat kamu yang muslimah tentu gaulnya kudu dengan wanita-wanita shalehah. Insya Allah, they bring u into the good life. Hmm… selain itu, kita kudu berdakwah, paling nggak sampaikan walau satu ayat dari yang kita pelajari dalam Islam. Memang efeknya berat. Bakal dikatain sok alim, sok suci. Tapi itulah ‘ tanda cinta’ kita kepada sesama.

Benar lho. Sebab yang penting nih, nasehat dan tindakan kudu seimbang. Nggak omdo (alias omong doang) hehehe.. Selain itu walaupun kita bukan Miss World, Miss Universe apalagi Miss Understanding (hahaha…) yang namanya jiwa sosial dalam Islam itu udah jelas kudu hadir dalam diri kita. Itu sebabnya, kita rajin sedekah, infak serta zakat juga akan ‘mempercantik’ diri kita. Sumpah!

Muslimah inspiratif

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, menurut saya muslimah yang inspiratif itu menjadi kontributor bagi orang banyak dalam kehidupan. Oya, sebenarnya banyak contoh para muslimah yang mengisi kejayaan Islam. Mereka benar-benar ada! Nih ya, diawali dari Khadijah Radhiyallahu ‘anha, istri Rasulullah Muhammad saw. dimana dia adalah seorang wanita yang tidak saja shalihah dan pengatur rumah tangga, tetapi juga pernah menjadi pebisnis wanita di jamannya. Terus, ada Aisyah Radhiyallahu ‘anha yang banyak menerima ilmu Islam dari Rasulullah saw. dan menjadikan ia sebagai ahli hukum dan berilmu. Lalu Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha yang banyak memberi pendapat kepada Rasulullah mengenai masalah politik. Belum lagi Nusaibah yang melindungi Rasul dalam kontak fisik dengan kaum kafir saat perang Uhud (ngutip dari emel.com). Nah, keren mana coba sama yang lenggak-lenggok di atas cat walk?

More other facts ! Di masa kekhilafahan Umar bin Khattab, seorang Ashifa binti Abdullah diberi tanggung jawab sebagai inspektur pemasaran dan manajer. Lalu, Amra binti Abdurahman, adalah salah satu ulama terbesar dan seorang ahli hukum juga mufti (memberikan pendapat hukum) dan perawi hadis di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang mendorong umat Islam untuk berguru kepadanya. Nama yang satu ini juga keren banget! Sebagai dermawan dan donatur, Ratu Zubayda, istri Khalifah Harun ar-Rasyid dalam dinasti Abbasiyah, patut diacungi jempol karena dia berkontribusi besar untuk pekerjaan umum seperti membangun sumur dan rumah tamu yang dibutuhkan untuk peziarah Mekkah, serta membangun sumur dan waduk. Selain itu, Ratu Zubayda adalah seorang intelektual yang mengungkapkan pikiran politiknya di depan umum juga mendukung penyair dan penulis (sumber: examiner.com)

Cantik dan cerdas nggak butuh kontes

Yup, buat apa diadakan kontesnya? Walaupun bawa slogan Brain, Beauty, Behaviour atau Smart, Shalehah, Stylish, beda tipislah. Satunya beneran haram sedangkan satunya diembel-embeli ‘syariah’ yang ujung-ujungnya tetep fokus pada ‘proporsional fisik’.

Sobat gaulislam, Lagi-lagi yang namanya ‘kecantikan’ bukan untuk dikonteskan atau dilombakan. Bagaimana ingin menampilkan sosok sempurna? Cantik, pinter, alim dan berkepribadian? Oh, that’s not so fair in life. Emangnya yang wajah pas-pasan dan bodi alakadarnya (dan itu nggak masuk kriteria kontes) kemudian jadi sosok nggak sempurna? No! What a life! That’s u make the rule, ya. Allah nggak pernah ngasih kriteria perempuan atau pun muslimah sempurna seperti itu. So please, sadar sesadar-sadarnya ya.

Begitu kalo kamu ingin eksis, ingin nampilin kelebihan kamu, contohlah para muslimah inspiratif yang saya contohkan tadi. Bener-bener berkontribusi untuk umat dengan apa yang mereka miliki, baik ilmu, harta dan jiwa dermawan mereka bahkan sampe nyawa demi mengharap ridho Allah Ta’ala. Acara kontes kecantikan apapun walaupun berlabel syariah menurut saya para pesertanya juga semuanya ‘lewaaat’ deh kalo dibandingkan dengan para muslimah inspiratif tersebut.

Bro en Sis rahimakumullah, yuk kita benahi diri kita dengan akidah Islam yang benar dan baik. Tanamkan dalam diri kita bahwa menjadi muslimah adalah bermartabat jika taat syariat. Sebab, Islam menghormati dan memberikan tempat yang layak bagi para muslimah. Jangan terpengaruh oleh konsep apapun–termasuk konsep kehidupan dan kecantikan yang berasal dari luar ajaran Islam, seperti kapitalisme-sekularisme yang diterapkan oleh negara saat ini. So, kamu yang punya wajah cantik masih terpesona dengan ajang sejenis Miss World? Cantikmu akan alihkan dunia dengan kontribusi yang nyata, yakni taat dengan aturanNya dan mengajak sesama muslimah dalam kebaikan di jalan Islam. Ayo, lakukan sekarang juga.

Sumber : gaulislam.com
18:46 | 0 comments | Read More

Madzhab Boleh Berbeda, Tapi Shalat Tetap Bersama

Written By Yayasan Peduli Remaja Mentari on Saturday, October 5, 2013 | 10:41

Saat itu seorang pencari ilmu yang mengikut madzhab Maliki bertanya kepada Ibnu Hazm Ad Dhahiri, sorang ulama madzhab Ad Dzahiriyah (madzhab yang merujuk kepada makna leterlijk nash) mengenai hukum shalat di belakang Imam yang berbeda madzhab. Ibnu Hazm sendiri dikenali sebagai ulama yang amat pedas komentarnya terhadap siapa yang berebeda pendapat dengannya. Bahkan ia tidak segan-segan ia menilai mereka sebagai pihak yang menyelisihi hadits. Sehingga ada ulama yang menyebut bahwa lidah Ibnu Hazm dan pedang Hajaj, penguasa dzalim yang suka membunuh adalah saudara kandung (Wafayat Al A’yan, 3/327-328). Dengan kondisi tersebut, si penanya mungkin mengira bahwa Ibnu Hazm akan menjawab dengan jawaban-jawaban yang tidak “simpatik” pula. Namun ternyata perkiraan itu meleset jauh. Sebaliknya, Ibnu Hazm menjawab dengan penuh obyektifitas.

Dalam Risalah fi Al Imamah, Ibnu Hazm menjawab pertanyaan pencari ilmu itu,”Jika engkau menyatakan bahwa si imam membolehkan wudhu dengan nabidz (perasan anggur baik yang sudah menjadi arak maupun belum), walau kami tidak mengataknnya, karena haditsnya tidak shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, namun kita memperoleh riwayat (yang membolehkan) dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, Ikrimah, Al Auzai, Al Hasan bin Hayyi, Humaid bin Abdirrahman dan para fuqaha lainnya. Jika engau menolak shalat di belakang mereka, maka engkau adalah orang yang paling alim!” (lihat, Risalah fi Al Imamah, hal. 124)

Jika Imam itu termasuk orang yang hanya berpendapat wajibnya mandi junub terbatas karena keluar air mani, walau pendapat itu tidak disetujui oleh Ibnu Hazm, karena adanya hadits yang menjelaskan bahwa jima’ mewajibkan mandi walau tidak keliar mani, namun menurutnya ada beberapa ulama yang tidak ada tandingnnya hingga hari kiamat yang membolehkannya. Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Thalhah, Zubair, Said bin Abi Waqash dan beberapa fuqaha dari kalangan sahabat lainnya. Jika si penanya menolak shalat di belakang para ulama besar itu maka ia akan tahu akibatnya di akhirat kelak! (Risalah fi Al Imamah, hal. 125)

Ibnu Hazm sendiri termasuk ulama yang menyatakan bahwa meninggalkan basmalah untuk Al Fatihah tidak membatalkan shalat. Namun jika Imam yang dijadikan panutan adalah orang yang membaca basmalah untuk Al Fatihah dengan menghitungnya sebagai ayat, serta menilai batalnya shalat jika meninggalknya, maka hal itu tidak mengapa. Beliau menyatakan,”Dan telah diriwayatkan hal itu dari mayoritas sahabat termasuk Abu Bakr dan Umar. Jika engkau menolak shalat di belakang mereka maka jiwamu telah dzalim dan jelaslah kebodohanmu!” (Risalah fi Al Imamah, hal. 128)

Ibnu Hazm juga menyatakan, jika yang menjadi imam adalah orang yang menilai bolehnya akad salam satu dirham dengan dua dirham, walau hal ini menurut Ibnu Hazm adalah haram, namun bermakmum kepada mereka tetap dibolehkan. Ibnu Hazm menyatakan,”Akan tetapi telah berpendapat kebolehannya para ulama yang tidak ada tandingannya setelah mereka yakni Ibnu Abbas beserta para fuqaha Makkah dan sekelompok ulama setelah mereka. Dan aku telah mengatakan kepadamu bahwa tidak ada seorang pun yang terbebas dari kesalahan setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau adalah hujjah terhadap siapa saja. Namun jika engkau menolak shalat di belakang Ibnu Abbas, maka celakalah engkau!” (Risalah fi Al Imamah, hal. 130)

Hanafiyah Ikut Qunut jika Bermakmum kepada Syafi’iyah
Tidak hanya Ibnu Hazm yang membahas masalah bermakmum kepada Imam yang berbeda madzhab. Madzab 4 juga sudah membahasa bagaimana seharusnya kaetika penganutnya bermakmun kepada imam di madzhab lainnya. Salah satu contohnya, Al Marghinani salah satu ulama besar madzhab Hanafi memilih mengambil pendapat Imam Abu Yusuf yang berpendapat untuk mengikuti Imam jika ia berqunut di shalat shubuh. Padahal Madzhab Hanafi sendiri tidak berqunut di waktu itu. Kemudian beliau menyatakan,”Hal ini menunjukkan bolehnya mengikuti imam yang bermadzhab As Syafi’i” (Fath Al Qadir Syarh Al Hidayah, 1/ 310)

Kisah serupa terjadi tatkala Harun Ar Rasyid saat menjadi Imam setelah beliau berbekam tanpa berwudhu sesuai dengan pendapat Malik, namun Imam Abu Yusuf murid Abu Hanifah tetap bermakmum kepada beliau walau berbeda pandangan. (Al Inshaf, hal. 24-25)

Hal yang sama dilakukan oleh Imam Ahmad yang berpendapat batalnya wudhu dengan mimisan dan berbekam. Suatu saat ada yang mengatakan kepada beliau,”Jika ada Imam telah keluar darah darinya, dan tidak berwudhu, apakah engkau shalat di belakangnya?” Imam Ahmad menjawab,”Bagaimana bisa saya tidak shalat di belakang Imam Malik dan Said bin Musayyab?” (Al Inshaf, hal. 24-25)

Imam Ahmad sendiri pernah memilih mengeraskan basmallah ketika shalat di Madinah walau tidak sependapat. Qadhi Abu Ya’la menilai bahwa hal itu disebabkan penduduk Madinah membacanya jahr. Dan beliau memilih sikap itu dalam rangka mempererat ukhuwwah. (Al Inshaf, 24-25)

Nah, kalau ulama besar bertoleransi terhadap madzhab lainnya, tentu umat Islam yang bukan ulama perlu mengambil suri tauladan dari mereka. Sehingga hubungan antar umat Islam yang berpeda pendapat dalam masalah fiqih harmonis dan tidak terjadi permusuhan karena hal itu. 

Sumber : Hidayatullah
10:41 | 0 comments | Read More

Keutamaan Menyebarkan As-Salamu ‘Alaikum

Sebagai ajaran Rabbani Islam memang lengkap dan sempurna. Islam mengatur segenap urusan kehidupan manusia dari perkara yang paling kecil hingga perkara yang paling besar. Dari urusan yang bersifat individual hingga urusan sosial.
Salah satu tuntunan Islam ialah perkara bertegur sapa antara seorang beriman dengan Muslim lainnya. Nabi Muhammadshollallahu ’alaih wa sallam mencontohkan bahwa bila seorang Muslim berjumpa dengan Muslim lainnya, maka hendaklah ia mengucapkan sapaan khas Islam yaitu As-Salamu ‘Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh, artinya Salam damai untukmu dan semoga Rahmat dan Keberkahan Allah menyertaimu. Subhanallah...! Begitu indahnya tegur-sapa yang diajarkan agama Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman.
Bahkan dalam suatu kesempatan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan tindakan mengucapkan salam sebagai bentuk ajaran Islam yang lebih baik. Menebar salam disetarakan dengan memberi makanan kepada orang yang dalam kesusahan.
أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ
 تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasul shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Hendaklah engkau memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak.” (HR Bukhary)
Dalam hadits yang lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallammenjelaskan korelasi antara mengucapkan salam dengan saling mencinta antara satu Muslim dengan Muslim lainnya. Kemudian korelasi antara saling mencinta dengan keimanan. Kemudian akhirnya korelasi antara beriman dengan izin dari Allah untuk masuk surga, negeri keabadian yang penuh dengan kesenangan abadi.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا
 أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
Berkata Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Kalian tidak beriman secara sempurna sehingga kalian saling mencinta. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara bila kalian lakukan akan saling mencinta? Biasakanlah mengucapkan salam di antara kalian (apabila berjumpa).” (HR Muslim)
Dengan kata lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ingin menjelaskan bahwa kumpulan Muslim yang tidak suka saling menebar salam maka tidak akan saling mencinta. Bila atmosfir saling mencinta tidak ada, maka keimanannya diragukan keberadaannya. Dan jika keimanannya diragukan, maka kemungkinan masuk surga-pun menjadi kecil.
Saudaraku, marilah kita berlomba untuk masuk surga dengan jalan senantiasa menebar salam satu sama lain di antara sesama kaum muslimin. Sungguh sederhana, namun sebagian kita enggan melakukannya. Padahal akibat yang ditimbulkannya menjadi idaman setiap Muslim: Masuk surga…! Bukankah ini bentuk kompetisi satu-satunya yang dibenarkan Allah untuk diperebutkan di antara sesama Muslim?
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
 السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS Ali Imran ayat 133)
Ya Allah, aku mohon kepadaMu akan RidhaMu dan SurgaMu dan aku berlindung kepadaMu dari MurkaMu dan NerakaMu. 
Sumber : Eramuslim
10:23 | 0 comments | Read More